-->

IKLAN

IKLAN

Petugas Ukur Perempuan di Daerah Terluar Indonesia: Hadir di Garis Depan dengan Pendekatan yang Inklusif

mediasinarmuratara
24 April 2025, 11:37 WIB Last Updated 2025-04-24T04:37:25Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini

 

Hasil perjuangan yang dilakukan RA Kartini demi mewujudkan kesejahteraan perempuan, kini tercermin dalam kiprah petugas ukur perempuan yang menjalankan tugas di Kementerian ATR/BPN



KALIMANTAN UTARA MSM.COM – Hasil perjuangan yang dilakukan RA Kartini demi mewujudkan kesejahteraan perempuan, kini tercermin dalam kiprah petugas ukur perempuan yang menjalankan tugas di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN). Hingga April 2025, dari target mendaftarkan 126 juta bidang tanah yang ada di Indonesia, perkembangannya sudah signifikan, yakni mencapai 121,6 juta bidang tanah. Capaian ini lepas dari kontribusi petugas ukur perempuan yang tersebar di berbagai penjuru, termasuk daerah terluar Indonesia.

 

Saat ini, di Kementerian ATR/BPN tercatat ada 805 petugas ukur perempuan dari total 2.747 yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka hadir tidak hanya melakukan peran teknis pengukuran, namun juga melakukan pendekatan yang lebih inklusif dan humanis dalam membangun hubungan dengan masyarakat setempat.

 

Salah satunya adalah Shafira Dian Kumala Sari dari Kantor Pertanahan (Kantah) Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. “Sebagai perempuan, kami sering membawa pendekatan yang berbeda. Kami berusaha lebih memahami kondisi sosial dan kebutuhan masyarakat secara mendalam, agar komunikasi berjalan efektif dan kepercayaan bisa terbangun,” ujarnya dalam keterangannya, Minggu (20/04/2025).

 

Di daerah terluar Indonesia, tantangannya bukan hanya soal medan yang sulit, tapi juga keterbatasan akses informasi, transportasi, serta rendahnya kesadaran hukum masyarakat terkait pentingnya legalitas tanah. Dalam kondisi seperti ini, pendekatan yang empatik dan partisipatif menjadi kunci keberhasilan.

 

“Ketika akhirnya masyarakat menerima sertipikat tanahnya, saya merasa ikut membuka jalan bagi kehidupan yang lebih baik dan stabil untuk mereka,” tutur Shafira, yang merupakan satu-satunya petugas ukur perempuan di Kantah Kabupaten Nunukan.

 

Pengalaman serupa juga dirasakan Anggi Halimah Dala, petugas ukur dari Kantah Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Menurutnya, kondisi geografis di wilayahnya sangat menantang karena banyak wilayah organisasi dan pertanian berada di daerah perbukitan dan pegunungan.

 

“Setiap hari kami harus menghadapi medan yang ekstrem. Tapi, semangat kami tetap sama, yaitu memastikan pengukuran dilakukan secara akurat dan menyeluruh,” jelas Anggi Halimah Dala.

 

Baginya, kontribusi petugas mengukur perempuan di daerah terluar bukan hanya soal peta dan data, tetapi juga soal peran dalam mendukung pembangunan nasional yang merata. “Kami percaya, data pertanahan yang valid dapat menjadi landasan penting bagi pemerintah daerah dalam merencanakan pembangunan yang lebih baik,” tutupnya.


baca berita lainnya di google news 


Komentar

Tampilkan

BERITA TERBARU LAINNYA